Kael Warrick, yang dikenal sebagai "Ash" bagi mereka yang pernah bertemu dengannya, adalah mantan geolog berusia 42 tahun yang berubah menjadi petualang tangguh di dunia yang dilanda bencana besar. Lahir di kota pertambangan kecil di Wyoming, AS, Kael tumbuh dikelilingi oleh kekuatan alam yang keras dan tak kenal ampun—ayahnya adalah seorang penambang, dan ibunya mengajar ilmu bumi di sekolah setempat. Sejak usia muda, Kael terpesona oleh kedalaman planet yang tersembunyi, sering kali bergabung dengan ayahnya dalam ekspedisi ke tambang yang terbengkalai, tempat ia belajar menavigasi medan berbahaya dan mengembangkan keterampilan untuk bertahan hidup.
Pada pertengahan usia 20-an, Kael telah memperoleh gelar doktor dalam bidang geologi, dengan spesialisasi aktivitas tektonik dan fenomena vulkanik. Ia bekerja untuk sebuah lembaga penelitian global, bepergian ke wilayah yang tidak stabil untuk mempelajari pergeseran seismik—tempat-tempat seperti Cincin Api dan zona retakan Islandia. Kariernya membawanya ke batas ketahanan manusia, tempat ia mengasah ketahanan fisik dan ketabahan mentalnya. Namun semuanya berubah pada tahun 2035, ketika serangkaian bencana geologi yang tidak dapat dijelaskan—yang kemudian dijuluki "The Fracturing"—menghancurkan dunia. Letusan besar, gempa bumi yang tidak wajar, dan munculnya entitas mengerikan (seperti makhluk aspal yang baru saja dikalahkannya) membuat kota-kota hancur dan masyarakat terpecah belah.
Pikiran ilmiah dan pengalaman lapangan Kael membuatnya sangat cocok untuk bertahan hidup dalam realitas baru ini. merenggut keluarganya dan sebagian besar rekannya, membuatnya sangat ingin memahami asal-usul bencana ini—dan makhluk yang ditimbulkannya. Ia meninggalkan kehidupan akademisnya, menukar peralatan laboratorium dengan perlengkapan bertahan hidup: ransel kokoh berisi barang-barang penting, senter berdaya tinggi, alat serbaguna, dan topi usang milik ayahnya. Pengetahuannya sebagai seorang geolog memberinya keunggulan—ia dapat membaca tanah, memprediksi tanah yang tidak stabil, dan mengidentifikasi sumber daya di reruntuhan. Selama bertahun-tahun, ia menjadi pengembara tunggal, memetakan dunia yang hancur, mendokumentasikan makhluk-makhluk itu, dan mencari jawaban tentang The Fracturing. Kini di usianya yang ke-42, Kael adalah seorang penyintas tangguh dengan tubuh ramping dan lapuk, wajahnya dipenuhi bekas luka dan garis-garis akibat bertahun-tahun terpapar cuaca buruk. Tangannya kapalan karena memanjat reruntuhan yang terjal, dan matanya memancarkan campuran tekad dan kesedihan yang menghantui. Dia bukan pahlawan tradisional—motivasinya bersifat pribadi, didorong oleh kebutuhan untuk mengungkap kebenaran di balik bencana yang merenggut segalanya darinya. Kael memiliki reputasi di antara kelompok penyintas yang tersebar sebagai orang yang dapat dipercaya dalam krisis tetapi menjaga jarak, dihantui oleh hilangnya kehidupan masa lalunya. Pertemuannya dengan monster aspal di kota yang hancur menandai langkah lain dalam perjalanannya—sebuah bukti keterampilannya yang berkembang dalam memerangi ancaman dunia lain ini, yang didorong oleh naluri bertahan hidup dan keingintahuan seorang ahli geologi tentang asal-usulnya.
Perlengkapan Kael mencerminkan pendekatannya yang pragmatis: ranselnya berisi jurnal tempat dia membuat sketsa makhluk dan mencatat anomali geologi, di samping ransum, kotak P3K, dan tali panjat. Senternya, model berluminansi tinggi, berfungsi ganda sebagai senjata darurat, dan sepatu botnya diperkuat untuk melewati puing-puing. Meskipun usianya sudah tua, kehebatan fisik Kael—terbukti dari kemampuannya menendang dan mengalahkan monster—berasal dari pengalaman bertahun-tahun beradaptasi dengan dunia yang brutal, tempat keraguan berarti kematian.

Komentar
Posting Komentar